Data yang dihimpun dari posko kesehatan Sikakap, selain jumlah warga yang tewas mencapai 408 orang, juga korban yang masih hilang 303 orang, luka berat sebanyak 270 orang dan luka ringan 142 orang. Sedangkan yang mengungsi sebanyak 22.595 orang.
Adapun rumah yang rusak berat sebanyak 517 buah dan rusak ringan 204 buah. Sedangkan sekolah rusak enam buah dan tempat ibadah delapan buah.
Gempa 7,2 SR mengguncang Kepulauan Mentawai, Senin (25/10). Tsunami menyapu 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Sikakap, Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora Selatan, dilaporkan hilang.
Berdasarkan pantauan di Mentawai, Jumat (29/10), cuaca buruk masih menyelimuti Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat. Akibatnya, proses penyelamatan Mentawai pasca tsunami mengalami hambatan.
Menurut prakiraan cuaca yang di keluarkan BMKG gelombang tersebut berkisar antara 2 hingga 3 meter hingga 31 Oktober. Bahkan pada tanggal 1 dan 2 November 2010 diperkirakan tinggi gelombang lebih dari 3 m hingga 6 meter.
Akibat cuaca yang belum bersahabat, distribusi bantuan masih terhambat. Ribuan mie instan, air mineral, beras dan sembako lainnnya masih terkonsentrasi di Sikakap dan wilayah sekitar. Namun untuk mencapai Muntai dan pantai selatan yang terlanda bencana paling parah harus berkompromi dengan alam.
Sejauh ini pengantaran bantuan dilakukan kapal polisi air Kabupaten Mentawai yang sudah kewalahan bolak-balik mengantarkan bantuan untuk korban tsunami. Sementara Pemkab Mentawai terkesan cuek dan kapal yang mereka miliki tidak banyak membantu penyaluran ke pulau-pulau terpencil.
Di Desa Muntai, Pulau Baru-baru, Kab Mentawai, hanya ada kapal polisi Antasena 509 yang mengantar bantuan sendirian dari Pelabuhan Sikakap. Kapal ini tidak bisa mendekat ke pulau, sehingga kapal kecil hilir mudik mengambil bantuan.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub dikabarkan telah memberangkatkan empat buah kapal untuk membawa bantuan makanan dan peralatan pokok bagi korban gempa ke Kepulauan Mentawai.
Sementara itu, bantuan luar negeri untuk bencana-bencana alam di Indonesia terus mengalir. Diantaranya datang dari Komisi Eropa, yang memberikan bantuan senilai 1,5 juta euro. Uang tersebut akan digunakan untuk membantu sekitar 65.000 orang di Mentawai yang diterjang tsunami pada 25 Oktober lalu. Sebanyak 22.000 orang lainnya yang dilanda letusan Gunung Merapi juga akan menerima bantuan Eropa tersebut.
Bayi selamat
Sebuah kisah ajaib terjadi di Mentawai. Seorang bayi berusia 18 bulan ditemukan di rumpun pepohonan setelah “terlantar” selama tiga hari. Ayah dan ibu bayi ini diketahui sudah tewas.
Penyelamat bayi tersebut adalah seorang anak berusia 10 tahun yang awalnya mendengar tangisan bayi di rumpun pepohonan pada pantai Pagai Selatan, Mentawai. Anak tersebut lantas membawa bayi itu ke puskesmas terdekat.
Petugas kesehatan, Hermansyah mengatakan bayi tersebut mengalami luka di kepala. Hermasyah juga memastikan bahwa kedua orang tua bayi tersebut telah meninggal dunia.
Lamban
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengkritik kinerja BNPB dalam menangani musibah tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, yang dinilainya lamban. Priyo menilai kinerja PMI di bawah pimpinan Jusuf Kalla jauh lebih cepat ketimbang BNPB.
"BNPB kok kalah dari Pak Jusuf Kalla (PMI-Red). BNPB masih ada bolong-bolong, masih jauh panggang dari api," kata Priyo.
Priyo mengatakan, banyak laporan dari berbagai kalangan yang mengeluhkan kinerja BNPB. Priyo mengapresiasi kinerja relawan PMI yang sigap dan cepat menyelamatkan korban dan mengevakuasinya.
"Di Mentawai lambat, kalah dari relawan PMI yang lebih cepat. Padahal seharusnya lebih cepat," ujar Priyo. Priyo berharap BNPB memperbaiki kinerjanya sehingga apabila terjadi bencana lagi tidak akan memakan korban jiwa.
"Kami masih memberi toleransi tetapi berangkat dari peristiwa ini seharusnya tambal sulam ini diselesaikan, dan ini yang kita impikan ke depan," kata politisi Partai Golkar ini.
Dalam perkembangan lain, ternyata tidak hanya Gunung Merapi yang sedang aktif saat ini, aktivitas Gunung Anak Krakatau sejak pekan lalu juga diketahui meningkat. Sejumlah warga di Labuan, Banten, mendengar suara gemuruh yang dibarengi dengan getaran dari arah gunung tersebut.
"Gelegarnya setengah jam sekali. Mulai tadi Subuh sampai sekarang masih kedengaran," kata Fatur, salah seorang warga Lebak yang tinggal di pinggir pantai Carita, Banten, kemarin,
Menurut Fatur, cuaca di sekitar gunung saat ini mendung. Tidak terlihat gumpalan awan di atas gunung. Sementara, sejak malam terlihat ada percikan lava pijar dari puncak. "Aktivitas ini terakhir setahun lalu. Sekarang baru terjadi lagi," tambahnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala sub Bidang Pengamatan Gunung BMKG Agus Budianto, membenarkan soal peningkatan aktivitas ini. Sejak pekan lalu, gunung anak Krakatau sudah berstatus waspada.harianpelita