Investor Nantikan Data Pengangguran Februari

Pekan ini, para investor saham di bursa Wall Street menunggu perkembangan terbaru atas salah satu elemen vital bagi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Data itu adalah laporan bulanan tingkat pengangguran.

Laporan dari Departemen Tenaga Kerja itu selalu menjadi barometer bagi investor dalam memperkirakan arah ekonomi AS ke depan. Apalagi laporan yang akan diumumkan Jumat pekan ini terjadi di tengah absennya tanda-tanda lain yang juga penting bagi investor.

Bursa saham dalam beberapa pekan terakhir terus bergejolak, terkadang mengalami perubahan cepat hanya dalam satu sesi perdagangan. Situasi ini terjadi menyusul masalah utang di negara-negara Eropa dan laporan terkini di AS mengenai sektor perumahan, manufaktur, dan kepercayaan konsumen yang memberi sinyalemen beragam.

Namun, yang membuat resah adalah laporan dua pekan berturut-turut mengenai jumlah pemohon baru tunjangan pengangguran. Jumlahnya secara mengejutkan meningkat, padahal para ekonom sudah memperkirakan bahwa jumlahnya bakal turun.

Indikator-indikator yang tak menentu itu membuat para investor kini terfokus pada laporan bulanan tingkat pengangguran. Laporan itu bisa menentukan arah tingkat pertumbuhan ekonomi AS berdasarkan produk domestik bruto (GDP), yang di triwulan terakhir tahun lalu mencapai 5,9 persen.

"Penciptaan lapangan kerja secara mendasar sangatlah penting," kata Brett D'Arcy. pengamat dari CBIZ Wealth Management Group. "Pada akhirnya, bila kita menciptakan pekerjaan, kita akan menyaksikan para konsumen memiliki uang yang cukup untuk dibelanjakan," lanjut D'Arcy.

Dengan kata lain, tingkat pengangguran maupun penciptaan lapangan kerja sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen. Bila memiliki pendapatan yang terjamin, para konsumen jadi tak ragu dalam membelanjakan uang mereka.

Tingkat belanja konsumen ini mempengaruhi 70 persen dari seluruh kegiatan ekonomi AS. Jadi, selama tingkat belanja konsumen masih rendah, pemulihan ekonomi AS masih berjalan lambat.

Sementara itu, para ekonom yang disurvei Thomson Reuters memperkirakan bahwa tingkat pengangguran di AS Februari lalu justru naik 0,1 persen menjadi 9,8 persen.

Pada puncak resesi, para pemilik usaha bisa mengurangi lebih dari 700.000 tenaga kerja dalam sebulan. Di bulan Februari lalu, para ekonom memperkirakan bahwa pengurangan tenaga kerja bisa mencapai 20.000 orang, dan ini merupakan pengurangan dalam dua bulan berturut-turut sejak awal tahun. (Associated Press) • VIVAnews


 
Informasi-Informasi Saja Copyright © 2009 - 2013, Designed by Bie Themes