Kantor berita Associated Press (AP) melaporkan, jelang tengah malam, Merapi memuntahkan awan panas, disertai hujan abu dan bebatuan. Dikenal para pakar sebagai gejala pyroclastic, awan panas yang populer dengan sebutan wedhus gembel itu melaju dengan kecepatan 100 km/jam.
Maka, sepanjang malam, puluhan ribu orang yang masih berada di lereng gunung langsung mengungsi ke tempat-tempat evakuasi. Banyak wajah pengungsi sudah tertutup abu. Tercatat lebih dari 75.000 warga yang tinggal di lereng Merapi telah diungsikan, sebagian dari mereka harus dengan cara paksa karena tidak rela meninggalkan ternak dan rumah mereka.
Waluyo Raharjo, seorang petugas tim SAR, mengungkapkan, mereka mendapati sedikitnya 12 orang sudah tidak bernyawa dari rumah-rumah yang terbakar akibat awan panas. TNI pun dikerahkan untuk memperlancar evakuasi.
Masih belum dipastikan berapa banyak warga Desa Bronggang yang masih berada di rumah mereka. Desa itu berjarak 15 km dari kawah gunung.
Subandrio, pakar vulkanologi, mengungkapkan bahwa zona berbahaya Gunung Merapi kini telah diperluas lima kilometer sejak Jumat dini hari. Maka, penduduk yang masih tinggal di desa-desa maupun pos-pos darurat pengungsian yang masih dalam radius 20 km dari kawah gunung harus mengungsi.vivanews