
"Mereka akan menyelesaikan masalah dulu utangnya. Jadi kalau mereka sudah selesai baru bisa IPO," kata Menteri BUMN MUstafa Abubakar di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (12/4/2010).
Ia mengatakan, saat ini perusahaan pelat merah itu sedang melakukan negosiasi dengan kreditur asal Eropa tersebut. Salah satu opsi yang dibahas bersama keduanya adalah penjadwalan ulang pembayaran utang.
"Kemungkinan dijadwal ulang sehingga Garuda tidak harus membayar secara tepat waktu karena tidak mampu," ujarnya.
Mustafa mengatakan, secara prinsip izin IPO Garuda sudah diberikan oleh Kementerian BUMN, tinggal menunggu PP (Peraturan Pemerintah) dikeluarkan. "Kalau underwriter-nya belum," jelasnya.
Tahun ini, Garuda memang berniat menyelesaikan kewajibannya kepada beberapa kreditur sebanyak US$ 527,8 juta. Rincian utang tersebut adalah sebagai berikut ECA sebanyak US$ 241,2 juta, commercial lender US$ 95 juta, Floating Rates Notes (FRN) sebanyak US$ 75 juta dan Rp 108 miliar, serta utang lain-lain US$ 105 juta.
Garuda menargetkan porsi utangnya bisa menurun hingga sekitar US$ 400 juta di penghujung tahun 2010. Hampir seluruh utang tersebut sudah mendapat persetujuan restrukturisasi dari krediturnya.
BUMN Aviasi itu memastikan akan melangsungkan IPO sebesar 40% pada September 2010. Rencana ini molor dari semula yang rencananya digelar pertengahan 2010, atau sekitar bulan Juni.
Sebanyak 40% yang akan dilepas tersebut termasuk jatah 10% saham milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai hasil konversi utang ke saham sebesar Rp 1 triliun.detik