Winters memiliki 14 anak. Mereka semua terawat, karena ada campur tangan negara yang memberinya seorang wali. Kini ia memasang alat kontrasepsi implan demi menenangkan semuanya.
Tahun lalu, Winters pernah bersumpah akan terus punya anak. Namun, di usianya yang mencapai 37 tahun ini, ia berubah. Ia berjanji berhenti bereproduksi, untuk membuktikan kepada pelayanan sosial bahwa ia dapat dipercaya untuk menjaga anak-anaknya itu.
Winters dan suaminya, Toney Housden (37), melihat 14 bayi mereka, semuanya laki-laki, diserahkan kepada wali. Empat di antara anaknya itu didiagnosa cacat. Boleh jadi, ini karena kebiasaan Winters yang tetap merokok saat mengandung semua janin anaknya. Satu anak dari mereka meninggal karena sindrom Pheo pada usia 18 bulan.
Winters mengharapkan setiap tahun bisa melihat perkembangan anaknya, berkumpul lagi, dan tinggal bersama suaminya di di Luton, Bedfordshire dengan menerima bantuan lebih dari Rp 14 juta per bulan. Sekarang dia berjanji untuk menyatukan kembali keluarganya dengan mencoba menghubungi anak tertuanya yang akan berusia 18 tahun pada Agustus ini. "Aku telah memutuskan untuk tidak memiliki anak lagi."
"Aku telah memasukkan implan untuk menghentikan kehamilan."
"Aku tidak bisa punya anak selama tiga tahun, tetapi aku bisa mendapatkan mereka semua. Aku ingin memanggil nama mereka."
Winters menuduh bagian pelayanan sosial setempat memperlakukan dia dan suaminya seperti seorang "pembunuh" yang tidak diberi kesempatan menemui mereka. Namun pada Desember lalu, ketika bayi laki-lakinya yang berusia enam minggu mengalami meningitis, pasangan itu diizinkan untuk mengunjunginya di Luton dan rumah sakit Dunstable
Tapi mereka semua tetap berada di bawah pengawasan walinya.
Winters tetap bertekad akan mengumpulkan anak-anaknya. Ia akan mencari putri tertuanya yang terakhir kali bertemu pada 1995 lalu. "Aku tidak akan menyerah sampai semua anak-anakku tahu yang sebenarnya. " (kompas)