Jumlah letusan yang terjadi mengalami peningkatan karena dari pencatatan letusan yang terjadi sehari sebelumnya, tercatat sebanyak 78 kali.
"Meski jumlah letusan yang terjadi meningkat, namun masih dalam batas normal. Karena, semakin banyak letusan yang terjadi, maka semakin bagus. Sebab, letusan merupakan pelepasan tekanan dari dapur magma Semeru. Malah, jika letusan yang berkurang, itu yang menimbulkan kekhawatiran," kata Ketua Pos Pantau Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Suparno, saat dihubungi detiksurabaya.com, Jumat (5/11/2010).
Selain peningkatan jumlah letusan, Suparno menerangkan, juga terjadi gempa guguran sebanyak 8 kali. ”Namun, kami tidak bisa memastikan gempa guguran itu berupa guguran lava pijar atau guguran tebing dengan jarak kurang dari 500 meter. Karena dari pemantauan visual, tidak bisa dilakukan sebab puncak semeru tertutup kabut selama 24 jam terakhir," ungkap Suparno.
Dari catatan gempa tektonik jauh, terdeteksi Pos Pengamatan Gunung Api di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro sebanyak 3 kali. Sedangkan, gempa tremorharmonik selama 24 jam terakhir tercatat sebanyak 23 kali.
Suparno juga mengungkapkan, pasca terjadinya luncuran lidah lava disertai guguran awan panas sejauh 4 kilometer 3 hari lalu, dari pemantauannya aktivitas yang sama tidak terjadi lagi.
"Luncuran lidah lava disertai guguran awan panas lalu, terjadi karena pertumbuhan kubah lava. Gunung Semeru yang memiliki ruang kawah kecil, berdampak pembentukan lidah lava. Lidah lava inilah yang mengakibatkan luncuran karena adanya tekanan di dapur magma atau juga disebabkan adanya gravitasi," tutur Suparno.
Meski terjadi luncuran lidah lava yang jaraknya mencapai 4 kilometer dibandingkan aktivitas rutin yang hanya kurang dari 500 meter saja, namun kondisi itu dinilai belum membahayakan.
"Lokasi longsoran lidah lava dan guguran awan panas kemarin jauh dari wilayah pemukiman penduduk terdekat. Yakni, di sekitar Rowobaung, Kecamatan Pronojiwo yang jaraknya sekitar 9 kilometer sampai 10 kilometer. Untuk itu, masyarakat di sekitar wilayah Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo tidak perlu gelisah," jelasnya.
Pos pengamatan Gunung Semeru tetap merekomendasikan agar masyarakat yang bermukim di lereng Semeru, terutama yang beraktivitas di sepanjang daerah aliran Sungai Semeru, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Hal ini disebabkan, potensi bencana berupa lahar dingin tetap mengancam. Kondisi itu, dijelaskan Suparno, disebabkan banyaknya material hasil erupsi vulkanik Semeru yang menumpuk di hulu sungai Besuk kembar.
"Besaran material vulkanik menumpuk berupa endapan, sejauh ini tidak bisa diprediksi. Karena kami memang tidak diperbolehkan untuk menjangkau wilayah itu. Wilayah itu, merupakan Kawasan Rawan Bencana I yang tidak diperbolehkan satupun manusia menjangkau atau menginjakkan kaki ke sana," tandasnya.detik