Harga Minyak Merosot ke US$84/barel

Harga minyak mentah untuk transaksi langsung di bursa New York kembali menurun dalam empat hari perdagangan berturut-turut. Para investor tampak lebih hirau atas masih melemahnya tingkat permintaan minyak di Amerika Serikat (AS) ketimbang terus menyambut kabar baik atas bantuan keuangan bagi Yunani dan tanda-tanda meningkat permintaan minyak dari China.

Laman harian The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa berdasarkan perdagangan Senin sore waktu New York (Selasa dini hari WIB), harga minyak light sweet untuk kontrak Mei turun 58 sen (0,7 persen) menjadi US$84,34/barel. Sejak perdagangan Rabu pekan lalu, harga minyak terus merosot dari level US$86/barel setelah Departemen Energi AS, dalam laporan mingguannya, kembali mengungkapkan naiknya tingkat stok minyak.

Dengan demikian, dalam 10 pekan terakhir, tingkat pasokan minyak di AS selalu bertambah. Sementara itu, di bursa London, harga minyak Brent turun 6 sen (0,1 persen) menjadi US$84,77/barel.

Menurut pengamat, penurunan harga ini menunjukkan bahwa investor tampaknya masih resah dengan terus bertambahnya pasokan minyak di AS, yang juga berarti bahwa konsumsi energi di negara itu masih lemah.

Pasar minyak kali di New York kali ini belum terlihat antusias atas kabar dari Eropa, dimana 16 negara pengguna mata uang euro (eurozone), Minggu 11 April 2010, sepakat menyediakan pinjaman siaga kepada Yunani sebesar 30 miliar euro (US$40,5 miliar) untuk tahun ini. Begitu pula dengan Dana Moneter Internasional (IMF), yang sepakat menyiapkan pinjaman US$13,5 miliar.

Situasi itu membuat kurs dolar atas euro melemah. Biasanya, bila dolar melemah, harga minyak pun akan naik karena banyaknya aksi beli dari para investor pemegang uang non dolar.

Namun, para pelaku pasar tampaknya masih menunggu perkembangan selanjutnya atas penyelesaian krisis utang di Yunani. "Banyak pihak tengah mengevaluasi apa yang terjadi selama akhir pekan lalu," kata Mark Waggoner, pengamat dari Excel Futures kepada laman CNNMoney.

Selain itu, para pengamat menilai bahwa harga minyak saat ini sudah terlalu tinggi, mengingat bahwa permintaan minyak di AS - konsumen minyak terbesar di dunia - masih rendah dan pemulihan ekonomi masih berjalan lambat.

"Berdasarkan proyeksi Bank Sentral bahwa pemulihan ekonomi berjalan lambat, kami tidak yakin bahwa harga minyak saat ini sesuai dengan situasi ekonomi yang masih lemah," kata Tom Pawlicki, pengamat dari MF Global.vivanews

 
Informasi-Informasi Saja Copyright © 2009 - 2013, Designed by Bie Themes