Tercatat 60 elemen masyarakat dengan 40 ribu orang telah memberi tahu polisi untuk menggelar demo. Di antaranya Gerakan Indonesia Bersih (GBI), Front Oposisi Rakyat Indonesia, Gerakan Mahasiswa Bersatu, Liga Mahasiswa Nasional Indonesia dan Aliansi Masyarakat Penyelamat Uang Negara.
Mereka akan beraksi di kawasan Monas seberang Istana Merdeka, gedung DPR/MPR serta Bundaran HI. Massa yang dikerahkan sekitar 40 ribu orang yang tersebar di sejumlah titik seolah akan mengepung kawasan istana.
“Pengunjuk rasa bukan hanya mahasiwa tetapi juga kelompok masyarakat miskin termasuk ibu-ibu,” kata Adi Massardi, koordinator GIB, yang berencana aksi bersama 20.000 aktivis lainnya untuk mengusung mosi tak percaya pada pasangan tersebut.
Hal serupa disampaikan Alvian, mahasiswa Universitas Pakuan. Katanya, bagi SBY sebenarya bukan 100 hari pertama karena ia sudah dua kali menjadi presiden. “Mestinya hasil 100 hari kerja ini lebih baik dari 100 hari kerja masa jabatannya yang lalu. Tapi nyatanya rakyat tetap sengsara karena harga-harga mahal,” ujarnya.
Sementara di saat kawasan istana didemo massa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berangkat ke Banten, Kamis pagi untuk keperluan kunjungan kerja. Kunjungan ke luar kota itu, seperti dikatakan Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, bukan untuk menghindari aksi unjuk rasa.
KONSENTRASI DI MONAS
Menghadapi maraknya unjuk rasa sedikitnya 13.400 personil aparat gabungan kepolisian dan Satpol PP dikerahkan amankan Jakarta. Dengan rincian 9.400 kepolisian Polda Metro Jaya (Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar menyebut angka 10.000 polisi yang dikerahkan).
Pengamanan tersebut sebagai upaya menjaga mobilitas fasilitas umum seperti jalan dan angkutan umum saat demonstrasi berlangsung, kata Gubernur DKI, Fauzi Bowo, kemarin.
Bagi pengunjuk rasa, kata Gubernur, diberikan kebebasan menentukan lokasi seperti di Bunderan Hotel Indonesia (HI), istana negara, istana wakil presiden, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta gedung MPR/DPR.
Untuk membantu pelayananan terhadap jalannya aksi demonstrasi dinas terkait diminta ikut mengantisipasi misalnya Dinas Kesehatan, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPK-PB) DKI dan Dinas perhubungan (Dishub)
Harianto Badjoeri, kasatpol PP DKI, menjelaskan pengamanan akan dipusatkan di Taman Monas yang menjadi lokasi tujuan utama pendemo, di mana para pedagang kaki lima juga akan dihalau dari lokasi-lokasi demo.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, petugas disebar ke sejumlah titik yang akan dijadikan ajang berdmonstrasi. Sebanyak 2.479 petugas bersiaga di Istana Merdeka, 673 berjaga di Istana Wakil Presiden, 2.479 siaga di Gedung DPR/MPR, 145 tugas di Departemen Keuangan, 261 berjaga di Mahkamah Konsitusi, 221 bersiaga di Komisi Pemberantasan Korupsi, 148 siaga di Bank Indonesia dan 278 di Bundarah HI.
“Kami juga akan mendapat bantuan 750 tentara,” ujarnya. “Pasukan berkuda dan water cannon juga kami siapkan. Namun, semua hanya dipakai jika kondisinya memang membutuhkan, ” ungkapnya.
Boy mengatakan petugas juga disiagakan di jalur perbatasan Jakarta dengan kota lainnya, petugas juga akan akan mengatur agar lalulintas bisa berjalan normal.
PENGALIHAN JALAN
Jika keadaan mendesak, pengalihan jalan dilakukan pada tiga titik konsentrasi massa yaitu di depan Istana Negara, Bundaran HI dan Gedung DPR/MPR RI.
Rencananya, arus lalulintas dari Senayan menuju Bundaran HI dialihkan ke Bendungan Hilir, Pejompongan, lalu ke Tanah Abang. Selain itu, kendaraan dari Harmoni ke Istana Negara dan Monas dialihkan melalui Cideng, Tanah Abang atau Jl. Juanda.
Sedangkan lalulintas dari Salemba menuju Bundaran HI akan dialihkan melalui Jl. Diponegoro untuk melintas melalui Jl. Kebon Sirih. Sedangkan arus di sekitar DRP/MPR dialihkan dari Grogol melaui Permata Hijau menuju Blok M. Sebaliknya, arus dari Cawang menuju Senayan akan dibelokkan melalui Jl. Sisingamangaraja.
Bagi pengunjuk rasa dari daerah menunju Jakarta, polisi tidak akan memblokir, kata Kabis Humas Polda Metro Jaya. “Sebaiknya memang berunjuk rasa di kota masing-masing,” katanya. “Tapi bukan dilarang beraksi di Jakarta. Boleh-boleh saja asalkan tertib.”
Kapolwil Bogor, Kombes Pol Unggung Cahyono juga membenarkan tak ada larangan itu. “Kami hanya mengimbau agar utusan saja yang ke Jakarta. Lainnya aksi di Bogor dan kami akan menjaga aksi rekan-rekan mahasiswa.”
Menyangkut isu sweeping pada perusahaan percetakan yang memproduksi poster atau brosur provokasi menentang SBY, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Drs Edward Aritonang menjelaskan tugas polisi mencari informasi termasuk di mana saja ada brosur atau poster yang isinya menghasut masyarakat. Tapi, bukan berarti mesweeping.
PEDAGANG CEMAS
Di sisi lain, pedagang di kawasan Glodok, Jakbar, dan Blok M, Jaksel, was-was terhadap rencana unjuk rasa itu. “Kami khawatir karena yang aksinya jumlahnya banyak. Kalau tak bisa dikendalikan bisa berbahaya,” ujar Husen Buntaran, koordinator pedagang Jl. Pancoran, Glodok.
Ia berharap polisi bisa mengantisipasi setiap tindakan yang cenderung anarkis. Soalnya, bukan tak mungkin ada oknum yang memanfaatkan situasi hingga terjadi keributan. “Toko kami tetap buka seperti biasa, namun kan melihat perkembangan situasi. Kalau dirasa tak aman ya tutup saja,” ucapnya.
Kecemasan serupa dirasakan Abdul Karim, pedagang pakaian di Blok M. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ia melihat kawasan perdagangan akan tak seramai biasanya. “Pendapatan pasti menurun, tapi semoga bisa aman deh,” harapnya.
Sedangkan Rozak, pedagang barang elektronik di Melawai Plaza, mengaku tempat jualannya jauh dari pusat unjuk rasa. “Tapi saya tak mau ambil resiko. Tutup saja sekalian biar aman,” ujarnya.
Sementara itu, Senior Marketing Communication Manager Grand Indonesia, Teges Prita Soraya mengatakan mal tetap buka seperti biasa. Ia menyerahkan pengamanannya pada aparat keamanan. “Pokoknya Bismillah saja, serahkan kepada aparat keamanan untuk melakukan pengamanan,” ujarnya. (poskota)