"Korban tewas merupakan pengendara sepeda motor yang tengah melintas di jalan sekitar wilayah Kronggahan, Kecamatan Mlati yang tertimpa pohon tumbang, sampai saat kami masih melakukan identifikasi," kata Kepala Seksi Operasional Bidang Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sleman Makwan.
Menurut dia, selain korban tewas juga terdapat sejumlah warga yang mengalami luka akibat terjangan angin kencang tersebut.
"Namun untuk jumlah korban luka kami belum mendapatkan data pasti, yang jelas dua orang luka di wilayah Kecamatan Pakem. Satu korban luka dirawat di Rumah sakit Panti Waluyo Pakem dan satu orang di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta," katanya.
Ia mengatakan, angin kencang tersebut menerjang hampir seluruh wilayah Kabupaten Sleman dengan kondisi terparah di Kecamatan Mlati, Kalasan, Pakem, Prambanan, Gamping, Cangkringan, Seyegan dan Godean.
"Kami masih menunggu laporan dari sejumlah wilayah tersebut, saat ini kami juga tengah melakukan pembersihan terhadap pohon-pohon yang tumbang khususnya yang menghalangi jalan," katanya.
Angin kencang yang terjadi cukup lama sekitar 25 menit membuat beberapa panik. Beberapa warga sepanjang jalan Adisutjpto, Yogyakarta, justru banyak yang lari ke halaman rumah karena panik.
Sementara ratusan pengendara sepeda motor berhenti kuatir tertimpa pohon tumbang.
Di Dusun Kadisoka, Purwomartani, Sleman, puluhan pohon tumbang, puluhan atap rumah baik dari seng maupun genteng banyak yang rusak tertiup angin.
Satu buah baliho bebek goreng di Jalan Solo, Kalasan, Sleman juga roboh akibat terjangan angin kencang tersebut serta sejumlah atap rumah yang terbuat dari seng berterbangan.
"Angin kencang terjadi merata di beberapa wilayah DIY baik di Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta," kata Staf Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan DIY, Indah Retnowulan.
Menurut dia, angin kencang tersebut memiliki kecepatan sampai 36 kilometer per jam dan mengakibatkan pohon, baliho tumbang dan atap rumah warga beterbangan.
"Ini bukan angin puting beliung namun masih dalam kategori angin kencang dan gerakannya tak beraturan," katanya.
Fenomena angin kencang tersebut menurut Indah terjadi karena terjadi musim pancaroba dan saat ini wilayah DIY memang sedang memasuki musim penghujan.
"Angin kencang yang terjadi karena terjadi tekanan rendah di kawasan Sumatera dan hembusan angin dari Australia bertemu di kawasan Pulau Jawa sampai Sumatera dan melahirkan kawasan konvergensi atau wilayah pertemuan angin.
Ia mengatakan, jika suhu udara mencapai 34 derajat celcius dan terjadi gerakan angin ke atas, makan ancaman puting beliung cukup besar.
"Kami menghimbau warga berhati-hati karena kemungkinan angin puting beliung memasuki masa pancaroba cukup besar," katanya.berita8