Pendaftaran untuk pengisian lowongan
ke-171 CPNS baru Barito Utara itu dijadwalkan dimulai 4 September 2013.
“Pendaftaran CPNS dimulai serentak dilakukan se-Kalteng untuk penerimaan
berkas hingga 20 September 2013 melalui kantor pos setempat,” kata
Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Barito Utara Aspul Anwar di
Muara Teweh, Selasa (3/9/2013).
Menurut Aspul, kuota calon PNS yang
dialokasikan untuk Barito Utara oleh pemerintah pimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyoino adalah 94 orang tenaga guru, 59 orang tenaga
kesehatan, dan 18 orang tenaga teknis. Formasi tahun ini, kata dia,
berkurang dibanding penerimaan PNS beberapa tahun sebelumnya yang
mencapai 300-an orang.
“Penerimaan calon PNS tahun ini khusus
sarjana untuk tenaga guru, kesehatan, dan teknis minimal lulusan diploma
II (D2), sedangkan untuk lulusan SMA tidak ada,”katanya.
Aspul menjelaskan para pelamar CPNS itu
nantinya bakal diuji melalui tes kompetensi dasar (TKD) yang terdiri
atas tes pengetahuan umum (TPU), tes bakat skolastik (TBS), dan tes
skala kematangan (TSK). Selanjutnya, mereka yang lolos tes-tes itu itu
bakal diperiksa berkas lamarannya yang rencananya akan dilaksanakan
21-28 September 2013.
Hanya para pelamar yang lolos dari
pemeriksaan berkas lamaran itu yang berhak mengikuti tes tertulis CPNS, 3
November 2013. “Bagi yang melamar CPNS diminta segera melengkapi berkas
administrasi yang telah ditetapkan,” tegas dia.
Menurut dia, kabupaten pedalaman Sungai
Barito ini sejatinya masih membutuh tenaga guru dan kesehatan untuk
memberikan pelayanan di daerah pedalaman. Tahun ini, katanya, pihaknya
tetap membuka lowongan untuk guru dan petugas medis, khususnya 3 orang
dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis anak masing-masing 1
orang, serta tenaga kesehatan lainnya.
Diakuinya, selama beberapa tahun terakhir
ini, penerimaan CPNS formasi itu di Barito Utara masih minim peminat.
“Padahal kedua formasi itu memang sangat dibutuhkan, namun sering kurang
pendaftarnya,” jelas dia.
Akibat minimnya peminat posisi-posisi
itu, masyarakat daerah terpencil di pedalaman Sungai Barito kerap
mengeluhkan buruknya pelayanan kesehatan dan pendidikan.