Kalau kamu ada membeli sebuah surat kabar di Jepang belakangan ini, maka kamu akan hampir selalu menemukan cerita di dalamnya tentang populasi ikan tuna sirip biru di suatu tempat di dunia.
Bahkan beberapa surat kabar memuat judul berita seperti ini: "Industri Perikanan Dimakan Hidup-Hidup"; "Kekurangan Tuna Telah Membuat Jepang Takut Untuk Menu Sushi Berikutnya"; dan lain-lain. Nama Greenpeace pun sering muncul.
Jadi apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah industri perikanan seluruh dunia benar-benar di ambang kehancuran? Apakah nafsu makan orang Jepang membawa ikan tuna menuju kepunahan? Bukankah peternakan ikan bisa memecahkan masalah tersebut?
"Memang benar kalau ada beberapa spesies ikan laut di dunia yang ditangkap secara berlebihan, terancam hampir punah atau bahkan menghadapi risiko kepunahan total. Tapi rasanya tidak adil kalau kita hanya bisa menyalahkan orang-orang Jepang saja," kata salah seorang nelayan di pasar Tsukiji.
"Memang benar kalau orang-orang Jepang adalah pengkonsumsi makanan laut terbesar di dunia, tapi mereka kan tidak setiap hari makan ikan tuna sirip biru. Masih banyak ikan tuna lainnya yang bisa dimakan," kata temannya yang juga penggemar sushi.
Setelah ditelusuri, daging ikan tuna yang diekspor keluar Jepang rupanya lebih besar daripada konsumsi orang Jepang sendiri. Sebagai tambahan, beberapa tahun belakangan ini hidangan sushi memang sedang populer di seluruh dunia, terutama di China, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Tepatnya apa sih ikan tuna sirip biru?
Para ilmuwan mengkategorikan setidaknya tiga spesies ikan tuna sirip biru: Atlantik atau sirip biru utara (Thunnus thynnus); sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis), dan sirip biru selatan (Thunnus maccoyii).
Dalam bahasa Jepang, baik ikan tuna sirip biru Atlantik (utara) dan ikan tuna sirip biru Pasifik sama-sama disebut hon maguro (tuna original) atau kuro maguro (tuna hitam), sementara anak-anak mereka disebut meji. Sedangkan ikan tuna sirip biru selatan disebut minami maguro (tuna selatan).
Ikan tuna sirip biru memang telah menjadi incaran sejak jaman dulu karena orang-orang tertarik dengan ukurannya yang sangat besar, dan kekuatan serta kecepatannya yang membuat mereka menjadi tantangan untuk ditangkap.
Dengan semakin meroketnya harga ikan tuna sirip biru di seluruh dunia, orang-orang pun akhirnya rela melakukan segala cara untuk menangkap ikan tuna tersebut, baik legal maupun ilegal.
Ikan-ikan tuna raksasa sangat sulit untuk ditangkap. Para nelayan umumnya akan berhadapan dengan kondisi cuaca yang beresiko tinggi di perairan berbahaya Selat Tsugaru antara Honshu dan pulau utara Jepang Hokkaido, yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Laut Jepang.
Setiap tahun pada awal Januari, acara lelang akbar di pasar Tsukiji, Tokyo, selalu berhasil mencetak harga yang sangat tinggi. Transaksi ikan yang paling mahal di dunia selalu terjadi disini. Minggu lalu ikan tuna seberat 342 kilogram telah mencatat rekor dunia yang baru ketika terjual dengan harga Rp. 3,5 Miliar. Ikan seperti ini bisanya dijual ke restoran sushi kelas atas di mana satu piring kecil dihargai lebih dari Rp. 1 juta.
Sedangkan para pelanggan di restoran sushi biasa atau populer dengan nama Kaiten Zushi (restoran sushi dengan piring berjalan) biasanya disuguhi dengan daging tuna kuning di musim semi, daging tuna bermata besar di musim panas dan musim gugur, serta daging tuna sirip biru selatan di musim dingin. Harga untuk akami (daging merah dari tubuh bagian atas) sekitar Rp.16.000 untuk satu piring dengan dua potong sushi.
Dari waktu ke waktu selera orang pun bisa berubah.
Pada tahun 1965 misalnya, ikan tenggiri adalah yang paling populer di Jepang, diikuti oleh cumi-cumi dan ikan makarel. Pada tahun 1997, tenggiri masih berada di posisi teratas, sedangkan cumi-cumi di tempat kedua, dengan salmon ketiga yang paling populer. Kemudian pada tahun 2009, salmon menjadi hidangan laut yang paling populer, diikuti oleh cumi-cumi, yang tampaknya selalu nyangkut di posisi runner-up ternyata masih di tempat kedua, dan tuna akhirnya baru nongol di tempat ketiga.
Jadi, bagaimana pendapat kalian? Apakah orang-orang Jepang patut disalahkan jika ikan tuna sirip biru akhirnya punah?.jepang.net