Rayhan mengamati langit berawan dari rumahnya di Cikarang, Jawa Barat dan mendapati delapan bintang jatuh antara pukul 2 dan 4 dini hari tadi. Jumlah itu turun dari pengamatan tahun lalu, 99 meteor dalam 4 jam.
Geminid merupakan hujan meteor terindah. Berbeda dengan hujan meteor yang lain bersumber dari komet, Geminid berasal dari serpihan Asteroid 3200 Phantheon. Dengan partikel yang lebih padat ketimbang komet, Geminid menghasilkan bintang jatuh yang lebih terang, banyak dan lambat. Dalam kondisi langit bebas awan dan polusi cahaya, kita bisa menyaksikan 60 bintang jatuh dalam satu jam.
Astronom amatir dari Jogja Astro Club sedikit lebih beruntung. Bersepuluh, mereka mengamati dari Pantai Parang Kusumo, 30 kilometer selatan Yogyakarta. Antara tengah malam sampai tiga dini hari mereka mendapati sepuluh bintang jatuh. "Kalau tidak mendung, pasti bisa jauh lebih banyak," kata Eko Hadigunawan, instruktur JAC.
Kebanyakan bintang jatuh terlihat antara pukul 1 sampai 2 di titik tegak lurus langit sedikit ke Timur. Berasal dari Rasi Bintang Kembar alias Gemini, menyebar ke banyak arah. Menurutnya, terdapat dua meteor yang bercahaya sangat terang. Keduanya melintas di depan Cirius, bintang paling terang di Rasi Canis Mayor. "Kecerahan meteor jauh lebih besar," ujar Eko.
Bagi anda yang terlewat pertunjukan spektakuler ini, jangan kuatir. Dengan catatan langit bebas awan, Geminid masih akan melanjutkan "Show Time"-nya malam nanti. Setelah itu, intensitas bintang jatuh akan menurun sampai benar-benar hilang 17 Desember mendatang. tempointeraktif