Seperti yang dialami sejumlah warga di kawasan Pademangan, Jakarta Utara. Sejak tahun 1971. Mereka kerap direpotkan dengan banjir kendati hujan yang turun tidak terlalu deras.
“Kalau hujan tidak deras banjir paling lima jam. Tapi kalau hujannya deras, kami bisa kebanjiran seharian,” ujar seorang warga, Agus (40), saat disambangi okezone di kediamannya, belum lama ini.
Dia menambahkan, banjir yang dialami warga Pademangan semakin menggila pasca dibangunnya sejumlah pertokoan pada awal tahun 2000. Padahal, kawasan yang kini menjadi pusat perbelanjaan tersebut sebelumnya merupakan daerah resapan air.
“Sekarang tidak ada lagi daerah resapan air. Jadi, kami semakin menderita saat banjir tiba. Saya khawatir kejadian ini akan berakibat fatal bagi warga Jakarta,” tandasnya.
Tak hanya Agus, hal serupa juga dialami Parmin (35). Menurut dia, kondisi lingkungannya saat ini sudah semakin buruk. Selain rentan banjir, air minum yang biasa dikonsumsinya pun rasanya sudah berubah dan berbau.
“Ini akibat pembangunan yang terus mengeruk laut seperti yang terjadi di Ancol. Akibatnya, kami kerap kebanjiran dan rumah menjadi gampang roboh,” pungkasnya.
Perlu diketahui, sejumlah pengamat, pakar, dan aktivis lingkungan memprediksikan lambat laun Jakarta akan tenggelam jika pembangunan terus dilakukan tanpa memperdulikan kondisi alam. Saat ini, daerah hijau di Jakarta sudah terbilang minim bahkan nyaris hilang.okezone