Harga Minyak Kembali Terjungkal ke US$78

Harga minyak mentah di bursa New York gagal bertahan di level US$80/barel. Harga minyak justru meluncur lumayan tajam setelah kurs dolar atas sejumlah mata uang lain menguat dan kinerja manufaktur di Amerika Serikat (AS) menurun.

Menurut laman harian The Wall Street Journal, berdasarkan transaksi Senin sore waktu New York (Rabu dini hari WIB), harga minyak light sweet untuk transaksi April turun 96 sen (1,2 persen) menjadi US$78,70/barel. Di bursa London, harga minyak Brent turun 70 sen menjadi US$76,89/barel.

Para investor pemegang mata non-dolar rupanya terpengaruh oleh data menguatnya indeks dolar (DXY) dalam perdagangan valuta sebesar 0,6 persen menjadi 80,91 poin. Ini membuat harga komoditas seperti minyak menjadi mahal bagi investor pemegang non dolar.

Harga minyak pun juga ditekan oleh laporan bahwa kinerja manufaktur di AS Februari lalu ternyata lebih rendah dari bulan sebelumnya. Ini merujuk hasil survei lembaga Institute for Supply Management bahwa indeks manufaktur bulan lalu turun, dari 58,4 di bulan Januari menjadi 56,5 poin. Penurunan itu jauh dari perkiraan para ekonom yang disurvei Briefing.com, yaitu tidak kurang dari 58 poin.

"Pasar berusaha optimistis atas data ekonomi," kata pengamat dari PFG Best, Phil Flynn, seperti yang dikutip laman stasiun televisi CNN. "Namun pasar tidak bisa menghindar dari fakta bahwa dolar terus menguat dan data manufaktur tengah melemah," lanjut Flynn.

Dia mengingatkan bahwa harga minyak sebenarnya telah disokong oleh sejumlah data pemerintah AS pekan lalu. Salah satu data itu menunjukkan bahwa ekonomi AS pada triwulan keempat 2009, berdasarkan tingkat produk domestik bruto (GDP), naik menjadi 5,9 persen.

"Namun pasar lebih terfokus pada fakta bahwa permintaan energi sedang melemah," kata Flynn. • VIVAnews


 
Informasi-Informasi Saja Copyright © 2009 - 2013, Designed by Bie Themes