Dulmatin, Buron Berharga Rp 93 Miliar

Penggerebekan polisi di dua tempat di Pamulang menewaskan tiga pria yang diduga tersangka tindak pidana terorisme. Salah satunya diduga kuat adalah Dulmatin, buronan tiga negara sejak tahun 2002.

Pada 12 Oktober 2002, sebuah bom bunuh diri meledak di Klub Malam Sari di Bali yang diledakkan di tas punggung. Lima belas detik setelah itu, muncul serangan bom mobil di seberang jalannya, di Bar Paddy. Total 202 orang tewas, warga negara dari 20 negara berbeda. Serangan ini merupakan yang paling mematikan dalam sejarah Indonesia.

"Dulmatin dipercayai adalah otak dari serangan terencana ini," tulis situs www.rewardsforjustice.net. Siapa sebenarnya Dulmatin ini?

Dulmatin atau dikenal juga sebagai Joko Pitono, Amar Usman, Joko Pitoyo, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, Noval, adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI). Dulmatin merancang Bom Bali I itu saat bermukim di Jawa. Setelah itu, informasi yang beredar, Dulmatin kabur ke Filipina.

Dulmatin dilahirkan di Pemalang, Jawa Tengah, pada tahun 1970. Saat di sekolah menengah, Dulmatin dikenal pintar di ilmu eksakta seperti kimia. Namun tak seperti kakak-kakaknya yang berkuliah, Dulmatin memilih bekerja setelah lulus SMA.

Pada awal 1990-an, Dulmatin merantau ke Malaysia. Di sinilah dipercaya Dulmatin berguru pada Dr Azahari, salah satu gembong teroris arsitek Bom Bali yang akhirnya tewas di Malang.

Meski tak memiliki pendidikan formal tertentu di bidang teknik, Dulmatin dikenal jago mengutak-atik benda elektronik. Dulmatin adalah satu dari segelintir aktivis JI yang mampu merakit bom nitrat dan klorat.

"Dia bisa mengeksplorasi eksplosif dalam berbagai bentuk," kata Ali Fauzi, salah satu rekan Dulmatin dulu di Jamaah Islamiyah, kepada tvOne, Selasa 9 Maret 2010. "Dia bisa membuat bom mobil, bom truk," kata Ali Fauzi. Karena itu, soal Bom Bali, Dulmatin dipercaya adalah yang merakit bom yang dikendalikan dengan telepon genggam di Diskotek Sari.

Dulmatin juga mengikuti pendidikan militer di Afghanistan, lalu kembali ke Indonesia pertengahan 1990-an. Dulmatin menjadi salah satu pengunjung tetap Pondok Pesantren Ngruki yang diasuh Abu Bakar Ba'asyir.

Setelah sukses merancang Bom Bali I, Dulmatin dikabarkan lari ke Filipina. Tahun 2005, Dulmatin dipikir telah mati dalam serangan udara oleh militer Filipina. Januari 2007, militer Filipina menyebut Dulmatin telah terluka. Beberapa kali Dulmatin dikabarkan mati di sana, namun tak pernah ada konfirmasi jelas soal itu.

Reputasinya sebagai "Jenius" pula yang mungkin membuat Amerika Serikat menjanjikan hadiah US$ 10 juta atau Rp 93 miliar untuk Dulmatin. Amerika pernah memberi jumlah yang sama pada Thailand karena menangkap Hambali, "Osama bin Laden" Asia Tenggara. • VIVAnews


 
Informasi-Informasi Saja Copyright © 2009 - 2013, Designed by Bie Themes