Staf khusus presiden, Andi Arif, mengatakan, judul serta isi buku itu cenderung manipulatif dan provokatif. Buku itu belum layak dibalas dengan buku.
Buku dibalas buku jika mengandung tiga hal, yaitu tafsir atas data, tafsir atas peristiwa, dan tafsir atas teori. "Buku George belum bisa ditafsirkan karena penuh data salah dan spekulatif, George sebaiknya segera ambil tindakan demi menjaga spirit keilmuan," katanya kepada VIVAnews, Jumat 1 Januari 2010.
Menurut analisanya, buku itu mengungkap pendapat pribadi penulis yang digambarkan melalui tudingan terhadap jaringan bisnis serta politik presiden dan keluarganya terkait kasus Bank Century. Penulis lebih mengedepankan logika politik daripada menggunakan logika formal dalam menilai dinamika sosial politik yang terjadi.
Analisa dalam buku bersifat sangat sumir, cenderung tendensius dan spekulatif. Seluruh referensi berasal dari bahan-bahan sekunder seperti koran, majalah, brosur, dan internet yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. "Tidak ada wawancara langsung dengan tokoh atau narasumber terkait," kata Andi.
Menurut Andi, data dan referensi yang disampaikan George dalam bukunya sangat lemah. Ssalah satunya terlihat pada tudingan George yang berupaya menghubungkan metode korupsi melalui pembentukan yayasan seperti pada masa orde baru.
"Semua yayasan (milik keluarga presiden yang disebut George), tidak ada satupun yang didukung oleh Keppres seperti halnya di jaman orde baru, sehingga dipastikan yayasan itu tidak akan menimbulkan abuse of power," katanya.
Sementara pada jaman orde baru, Soeharto menggunakan mengumpulkan sumbangan dari perusahaan swasta dan negara untuk yayasan keluarganya melalui beberapa Keppres (keputusan presiden). "George bukan hanya gagal menunjukkan fakta-fakta otentik abuse of power dalam pendirian yayasan, tetapi juga gagal memberi bukti bahwa SBY memanfaatkan bailout perbankan Century untuk logistik kemenangan pilpres," ujarnya.
• VIVAnews